MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR



*
Minggu lalu saya menyelesaikan membaca buku berjudul “Menjadi Manusia Pembelajar”. Buku ini adalah karangan Drs. Hendra Surya. Diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo Jakarta tahun 2009. Walaupun sudah lewat 6 tahun sejak diterbitkan, namun isi buku ini masih relevan dengan keadaan dan kondisi saat ini.

Sahabat saya, senior saya di kantor, beliau menyarankan untuk membaca buku ini. Katanya, cocok untuk diaplikasikan pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mengintegrasikan penilaian menjadi tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Isi buku ini cocok untuk para pelajar, bisa juga untuk umum yang ingin mengembangkan diri khususnya tentang cara belajar efektif.

Setelah saya baca, memang baik buku ini dibaca oleh para pelajar dan mahasiswa. Untuk saya yang sudah kerja kantoran, bagus sebagai referensi dan pengembangan diri. Isi buku ini sistematis dengan urutan tema yang berkesinambungan. Tema-tema tersebut adalah mengatasi malas belajar, cara membangun konsentrasi belajar, mengatasi gangguan belajar, membangun dorongan berprestasi, belajar percaya diri, metode belajar, belajar eksperimen, belajar mendengar aktif, belajar keterampilan berbicara, belajar mengatasi rasa tidak suka pada guru, cara menghadapi ujian, dan melihat peluang dan pengembangan diri.

Ada dua tema yang menjadi perhatian saya yaitu belajar mendengar aktif dan melihat peluang dan pengembangan diri. Dua tema ini menarik, pertama, kebiasaan saya untuk berbicara terlalu menggebu sehingga mengabaikan hak orang lain untuk berbicara. Sehingga saya merasa tidak enak. Oleh karena itu, tema belajar mendengar aktif ini menarik. Saya harap kebiasaan saya berbicara bertukar tempat dengan kebiasaan saya mendengar. Kedua, yang menarik perhatian saya adalah bagaimana melihat peluang dan pengembangan diri. Tema ini menarik karena sebagai seorang pegawai kantoran, tentu saja ada saat kita merasa bosan dan jenuh atau merasa enak dengan keadaan yang ada. Kata seorang motivator, terjebak dalam zona nyaman (confrom zone). Sehingga kita tidak lagi berupaya untuk lebih baik, toh tiap bulan terima gaji. Hal inilah yang membuat saya tertarik dengan  tema ini. Saya ingin tidak terjebak dalam zona nyaman dan ingin mengembangkan diri.

Mendengar aktif

Menjadi pendengar simpatik, libatkanlah perasaan saat mendengarkan orang lain berbicara. Berikan perhatian bukan hanya kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya tetapi cari tahu perasaan yang mengikuti bunyi kalimat-kalimat terucap. Kesibukan mencari tahu ini membuat kita diam tidak memotong kalimat si pengucap. Menganggap, seolah-olah kita yang berbicara. Tentu saja tidak ingin dipotong ditengah jalan bukan?.

Amati peristiwa yang terjadi seputar kalimat yang diucapkan. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa yang sedang hit, atau sudah menjadi sejarah, apakah tempatnya di sekitar kita atau jauh dari kita. Kembangkan pikiran dan imajinasi. Misalkan, teman kita bercerita tentang liburannya ke Bali. Kembangkan pikiran dan imajinasi kita ke Bali, bagaimana bisa sampai ke Bali, apakah saya juga bisa sampai liburan ke Bali.

Bersikap terbuka, pahami makna ucapannya. Kembangkan sikap positif. Berpikir positif (positive thingking) terhadap kalimat-kalimat yang diucapkannya. Jangan mudah tersinggung. Orang berbicara kepada kita adalah karena dia percaya kita mau mendengarnya. Ambillah hikmah dan hal-hal positif dari ucapan-ucapannya.

Mendengar secara aktif, dengan menggunakan prinsip bertanya secara singkat dengan kata-kata tanya, apa, dimana, bagaimana, mengapa, kapan, siapa. Dalam dunia jurnalistik dikenal dengan rumus 5W + 1H (who, what, where, why, when, and how). Jangan hanya mendengar melulu. Selain bosan juga terkesan tidak menghargai si pembicara. Sesekali selilingi dengan pertanyaan singkat, seperti, ajukan pertanyaan, kapan itu terjadinya? Siapa yang terlibat? Bagaimana bisa begitu?

Bagaimana melihat peluang dan pengembangan diri

Mengembangkan pikiran kreatif adalah dengan menanyakan setiap hal dengan menggunakan rumus 5W + 1H. Munculkan ide dari jawaban-jawaban pertanyaan 5W + 1H tadi. Misalkan saja, kita tanyakan pada si pembicara, bagaimana sampai kamu bisa liburan ke Bali? Jawaban si pembicara akan sangat panjang, dia jelaskan kegigihannya menabung, memilih waktu liburan, menentukan objek wisata dan lain-lain. Kembangkan pikiran kreatif anda, apakah ingin menduplikasi cara si pembicara atau malah ingin mencari lebih jauh informasi tentang objek wisata di Bali.

Bila ide sudah muncul, susun dalam suatu rencana bagaimana untuk mewujudkan ide itu. Misalkan, ide untuk menulis informasi tentang objek wisata di Bali. Susun dalam suatu rencana kerja yang dapat kita laksanakan. Detailkan rencana dalam wujud target harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka panjang. Misalkan dalam sehari saya harus menulis satu halaman tentang objek wisata di Bali, dalam seminggu saya sudah menyelesaikan artikel dan dipublish di blog atau majalah, dalam setahun saya bisa mengunjungi secara langsung objek-objek wisata tersebut.

Tanaman keyakinan berhasil walau orang lain memandang itu sepele atau tidak mungkin. Terkadang ide kita terlalu sederhana menurut pandangan orang lain. Misalkan ingin membuat buku katalog kain batik nusantara atau ingin menjadi pembicara pada event nasional atau internasional. Misalkan kita dapat respon kalimat-kalimat berikut. “buku katalog seperti itu sudah banyak” atau “tidak mungkinlah, kamu kan tidak bisa bahasa Inggris”. Jangan peduli. Tanamkan keyakinan berhasil. Toh, kita yang menjalani ide kita, bukan orang yang memberi komentar. Imajinasikan impian kita itu setiap saat.

Carilah dukungan dengan berbicara pada orang-orang yang idenya sejenis dengan kita. Ini penting. Untuk memompa semangat dan mencari variasi ide serta cara-cara baru untuk mewujudkan ide kita. Pandai-pandailah mencari kawan untuk membicarakan ide kita. Setidaknya, kawan yang punya ide serumpun dengan ide kita. Syukur-syukur kalau bisa bekerja sama mewujudkan ide tersebut.

**
Secara keseluruhan, tema-tema dalam buku ini bagus dan baik untuk diaplikasikan. Ingin rasanya bisa juga menulis buku seperti bapak Hendra Surya. Keyakinan saya, sebagai orang kantoran untuk mengembangkan diri, kita harus berkarya. Berkarya yang paling mungkin dan paling dapat dilaksanakan adalah dengan menulis buku. Karena kalau berdagang tentu menyita waktu dan modal. Dan itu tidak bisa dilakukan di jam kantor. Kalau menulis buku, di jam kantor pun dapat dilakukan, setidaknya pekerjaan kantor dan hubungannya dengan klien tentu menjadi bahan dan ide dalam penulisan buku.

1 komentar:

silahkan tulis komentar anda