MENGGAMBAR PETA DENGAN ARCGIS 10



MENGGAMBAR PETA DENGAN ARCGIS 10.1, TUTORIAL UNTUK PEMULA

Pelajaran menggambar peta telah kita pelajari sejak di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Materi peta buta dimana guru meminta siswa untuk menentukan nama-nama lokasi ibukota negara, nama negara, provinsi, kabupaten, lautan, danau, sungai dan objek lain di peta, pengenalan garis lintang dan garis bujur, sertamenyebutkan posisi Indonesia dalam sistem koordinat geografi.

Buku sederhana ini dirancang untuk Anda yang masih pemula dalam menggunakan software ArcGIS. Terdiri dari tujuh bab, mulai dari pengenalan Sistem Informasi Geografis hingga pencetakan sebuah peta. Dalam mempraktikkan melukis peta, diuraikan tahap demi tahap disertai dengan gambar, sehingga pengguna buku ini mampu untuk melakukannya sendiri.

Buku ini menggunakan pendekatan menyelesaikan satu proyek, sehingga mempraktikkan dari Bab I sampai Bab VII secara berurut akan mampu melukis peta secara utuh.
Rincian materi dalam buku ini adalah sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
A.      Sistem Informasi Geografis (SIG)
B.      Manfaat SIG
C.      Komponen SIG
D.      Apa itu ArcGIS ?
BAB II GEOREFERENSI
A.      Apa itu georeferensi?
B.      Membuat peta tergeoreferensi
BAB III LAYER
A.      Membuat layer polygon (bidang)
B.      Membuat layer polyline (garis)
C.      Membuat layer point (titik)
BAB IV DIGITASI
A.      Melukis layer polygon
B.      Melukis layer polyline
C.      Melukis layer point
BAB V EDITING
A.      Memotong polygon
B.      Menghapus polygon
C.      Menggabungkan polygon
D.      Memotong polygon dengan polygon lain
E.       Memotong polyline dengan polyline lain
F.       Menyambung dua polyline
G.     Menghapus point
BAB VI SIMBOLISASI DAN LABELISASI
A.      Simbolisasi polygon
B.      Simbolisasi polyline
C.      Simbolisasi point
D.      Labelisasi
BAB VII LAYOUT
A.      Menentukan ukuran kertas
B.      Mewarnai background
C.      Memberi grid koordinat
D.      Menuliskan judul peta
E.       Menempatkan arah mata angin
F.       Mengatur skala bar
G.     Mengatur skala teks
H.      Menyusun legenda
I.        Memberi keterangan tambahan
J.        Mencetak peta
K.      Mengekspor peta
 

Buku ini ditulis oleh Wahyu Falah, M.Si dan diterbitkan oleh Andipublisher, Yogyakarta, tahun 2015.

Anda dapat memesan buku nya melalui link :
Atau kirim email ke waycev@gmail.com

SEJARAH ILMU LADUNI


SEJARAH ILMU LADUNI
(Perjalanan Nabi Musa as mencari Nabi Khidir as)

Buku ini ditulis oleh Muhammad Luthfi Ghozali dan diterbitkan oleh penerbit Abshor, Semarang.
Perjalanan Nabi Musa as bersama Nabi Khidir as diulas lengkap dalam buku ini. Dalam tulisan ini, saya menuliskan tiga tahapan perjalanan seorang murid (Nabi Musa as) dalam mencari dan berguru kepada seorang guru (Nabi Khidir as).

Perjalanan Tahap I

Perjalanan tahap pertama ini merupakan tahap pencarian seorang murid untuk menemukan guru pembimbing dalam rangka meningkatkan kualitas ilmu yang sudah dimiliki. Tahap pertama ini seorang murid harus mampu melaksanakan beberapa hal:
1.       Niat yang kuat dan bekal secukupnya
2.       Perjalanan mencari guru merupakan perjalanan dua dimensi ilmu pengetahuan. Ilmu Nabi Musa as adalah ilmu syari’at dan ilmu Nabi Khidir as adalaha ilmu hakikat. Perjalanan itu adalah bentuk pelaksanaan tarikat.
3.       Ada tempat pertemuan yang ditentukan
4.       Memiliki tujuan yang jelas
5.       Keyakinan bahwa sesungguhnya ilmu Nabi Musa as dan ilmu Nabi Khidir as hanya sebagian kecil dari ilmu Allah Ta’ala Yang Maha Luas.
6.       Fungsi Nabi Khidir as adalah sebagai guru pembimbing (guru mursyid) supaya seorang murid (Nabi Musa as) mendapatkan ilmu laduni yang diharapkan dari Tuhannya.

Perjalanan Tahap II

Perjalanan tahap kedua adalah usaha seorang murid untuk membangun komitmen (mubaya’ah) kepada guru mursyidnya. Janji seorang murid di hadapan guru mursyidnya hanyalah pelaksanaan syari’at secara lahir, sedangkan secara hakikat, sesungguhnya dia sedang berjanji kepada Allah Ta’ala dengan saksi guru mursyidnya. Beberapa tahapan dalam perjalanan tahap kedua ini diuraikan sebagai berikut.

1.       Tata cara pelaksanaan akhlaqul karimah Nabi Musa as kepada Nabi Khidir as sebagai gurunya:
a.       Nabi Musa as menempatkan dirinya sebagai pengikut dan memohon izin untuk dapat mengikuti Nabi Khidir as. “Hal attabi’uka” (bolehkah aku mengikutimu?).
b.      Nabi Musa as berkata,”Alaa antu’allimanii” (supaya engkau mengajariku ilmu). Sebuah pernyataan dan pengakuan terhadap kebodohan diri atas ke’aliman seorang guru yang diikuti.
c.       Nabi Musa as berkata,”Mimmaa ‘ullimta” (sebagian dari apa yang sudah diajarkan kepadamu). Seakan-akan Nabi Musa as berkata aku tidak mengharapkan engkau menjadikan aku sama ‘alimnya dengan dirimu, akan tetapi yang aku harapkan darimu hanya sebagian dari ilmumu.
d.      “Mimma ‘ullimta rusydan”. Mengandung pengakuan akan tingkat kualitas ilmu-ilmu yang dimiliki gurunya dan menunjukkan kebutuhan dirinya akan kemanfaatan imu tersebut, yang demikian itu menjadikan hati seorang guru tersanjung.
e.      Nabi Musa as berkata,”Hal attabi’uka ‘alaa antu’allimanii” (bolehkan aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu?). Merupakan kewajiban pertama bagi seorang murid adalah mengabdi kepada guru mursyidnya baru kemudian mencari ilmu darinya.
2.       Syarat seorang murid mendapatkan ilmu dari gurunya adalah “sabar” terhadap yang diperbuat oleh seorang guru. Sebagai tahapan ujian-ujian yang harus dijalani kepada dirinya. Tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah, maka jalan mencapai kesabaran itu hanyalah memohon pertolongan kepada Allah.
3.       “Dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu apapun”. Kesabaran seorang murid menghadapi ujian-ujian yang diberikan seorang guru adalah hal yang wajib dilakukan. Ini akan menentukan keberhasilannya dalam menuntut ilmu.
4.       Jangan meminta diterangkan rahasia-rahasia di balik ujian itu sebelum guru itu sendiri yang memberitahukan kepadamu.

Perjalanan Tahap III

Bahwa orang yang paling berilmu tinggi itu ialah bilamana ia telah mampu menyampaikan ilmu orang lain ke dalam ilmunya sendiri dengan harapan mendapatkan satu kalimat yang dapat mendatangkan petunjuk dan hidayah Allah atau dapat menyelamatkan dirinya dari kehancuran.

Seorang murid mempelajari terlebih dahulu hikmah perbuatan-perbuatan gurunya sebagai konsekwensi pelaksanaan “kesepakatan” yang sudah disepakati, lebih-lebih perbuatan itu adalah perbuatan seorang guru yang sedang melatih dirinya.

Ilmu syari’at adalah ibarat bibit tumbuhan, pelaksanaan thariqah dan mujahadah ibarat menanam bibit-bibit dan menggarap tanah, sedangkan ilmu laduni atau ma’rifatullah adalah buah yang setiap saat dapat dipetik dari tanaman yang sudah tumbuh subur.

Orang yang mengenal dirinya sendiri, mengenal hak dan kewajibannya sebagai seorang hamba yang harus mengabdi kepada Tuhannya, mengenal kebutuhan hidupnya, mengenal tujuan hidup yang harus ditempuh dan dijalani, mengenal harus bagaimana dan untuk apa hidup dan mati ini diciptakan, mengenal tahapan-tahapan kehidupan yang sudah dan akan dijalani, maka pelaksanaan thariqah, baik sebagai pelaksanaan ilmu dan iman maupun secara kelompok adalah kewajiban dan sekaligus kebutuhan hidup yang harus dijalankan bagi setiap individeu orang yang beriman, baik untuk keberhasilan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Orang yang demikian itu dinamakan orang yang “ma’rifatullah”. Ma’rifat (mengenal) dirinya sendiri dan mengenal urusan Tuhannya.




MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR



*
Minggu lalu saya menyelesaikan membaca buku berjudul “Menjadi Manusia Pembelajar”. Buku ini adalah karangan Drs. Hendra Surya. Diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo Jakarta tahun 2009. Walaupun sudah lewat 6 tahun sejak diterbitkan, namun isi buku ini masih relevan dengan keadaan dan kondisi saat ini.

Sahabat saya, senior saya di kantor, beliau menyarankan untuk membaca buku ini. Katanya, cocok untuk diaplikasikan pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mengintegrasikan penilaian menjadi tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Isi buku ini cocok untuk para pelajar, bisa juga untuk umum yang ingin mengembangkan diri khususnya tentang cara belajar efektif.

Setelah saya baca, memang baik buku ini dibaca oleh para pelajar dan mahasiswa. Untuk saya yang sudah kerja kantoran, bagus sebagai referensi dan pengembangan diri. Isi buku ini sistematis dengan urutan tema yang berkesinambungan. Tema-tema tersebut adalah mengatasi malas belajar, cara membangun konsentrasi belajar, mengatasi gangguan belajar, membangun dorongan berprestasi, belajar percaya diri, metode belajar, belajar eksperimen, belajar mendengar aktif, belajar keterampilan berbicara, belajar mengatasi rasa tidak suka pada guru, cara menghadapi ujian, dan melihat peluang dan pengembangan diri.

Ada dua tema yang menjadi perhatian saya yaitu belajar mendengar aktif dan melihat peluang dan pengembangan diri. Dua tema ini menarik, pertama, kebiasaan saya untuk berbicara terlalu menggebu sehingga mengabaikan hak orang lain untuk berbicara. Sehingga saya merasa tidak enak. Oleh karena itu, tema belajar mendengar aktif ini menarik. Saya harap kebiasaan saya berbicara bertukar tempat dengan kebiasaan saya mendengar. Kedua, yang menarik perhatian saya adalah bagaimana melihat peluang dan pengembangan diri. Tema ini menarik karena sebagai seorang pegawai kantoran, tentu saja ada saat kita merasa bosan dan jenuh atau merasa enak dengan keadaan yang ada. Kata seorang motivator, terjebak dalam zona nyaman (confrom zone). Sehingga kita tidak lagi berupaya untuk lebih baik, toh tiap bulan terima gaji. Hal inilah yang membuat saya tertarik dengan  tema ini. Saya ingin tidak terjebak dalam zona nyaman dan ingin mengembangkan diri.

Mendengar aktif

Menjadi pendengar simpatik, libatkanlah perasaan saat mendengarkan orang lain berbicara. Berikan perhatian bukan hanya kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya tetapi cari tahu perasaan yang mengikuti bunyi kalimat-kalimat terucap. Kesibukan mencari tahu ini membuat kita diam tidak memotong kalimat si pengucap. Menganggap, seolah-olah kita yang berbicara. Tentu saja tidak ingin dipotong ditengah jalan bukan?.

Amati peristiwa yang terjadi seputar kalimat yang diucapkan. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa yang sedang hit, atau sudah menjadi sejarah, apakah tempatnya di sekitar kita atau jauh dari kita. Kembangkan pikiran dan imajinasi. Misalkan, teman kita bercerita tentang liburannya ke Bali. Kembangkan pikiran dan imajinasi kita ke Bali, bagaimana bisa sampai ke Bali, apakah saya juga bisa sampai liburan ke Bali.

Bersikap terbuka, pahami makna ucapannya. Kembangkan sikap positif. Berpikir positif (positive thingking) terhadap kalimat-kalimat yang diucapkannya. Jangan mudah tersinggung. Orang berbicara kepada kita adalah karena dia percaya kita mau mendengarnya. Ambillah hikmah dan hal-hal positif dari ucapan-ucapannya.

Mendengar secara aktif, dengan menggunakan prinsip bertanya secara singkat dengan kata-kata tanya, apa, dimana, bagaimana, mengapa, kapan, siapa. Dalam dunia jurnalistik dikenal dengan rumus 5W + 1H (who, what, where, why, when, and how). Jangan hanya mendengar melulu. Selain bosan juga terkesan tidak menghargai si pembicara. Sesekali selilingi dengan pertanyaan singkat, seperti, ajukan pertanyaan, kapan itu terjadinya? Siapa yang terlibat? Bagaimana bisa begitu?

Bagaimana melihat peluang dan pengembangan diri

Mengembangkan pikiran kreatif adalah dengan menanyakan setiap hal dengan menggunakan rumus 5W + 1H. Munculkan ide dari jawaban-jawaban pertanyaan 5W + 1H tadi. Misalkan saja, kita tanyakan pada si pembicara, bagaimana sampai kamu bisa liburan ke Bali? Jawaban si pembicara akan sangat panjang, dia jelaskan kegigihannya menabung, memilih waktu liburan, menentukan objek wisata dan lain-lain. Kembangkan pikiran kreatif anda, apakah ingin menduplikasi cara si pembicara atau malah ingin mencari lebih jauh informasi tentang objek wisata di Bali.

Bila ide sudah muncul, susun dalam suatu rencana bagaimana untuk mewujudkan ide itu. Misalkan, ide untuk menulis informasi tentang objek wisata di Bali. Susun dalam suatu rencana kerja yang dapat kita laksanakan. Detailkan rencana dalam wujud target harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka panjang. Misalkan dalam sehari saya harus menulis satu halaman tentang objek wisata di Bali, dalam seminggu saya sudah menyelesaikan artikel dan dipublish di blog atau majalah, dalam setahun saya bisa mengunjungi secara langsung objek-objek wisata tersebut.

Tanaman keyakinan berhasil walau orang lain memandang itu sepele atau tidak mungkin. Terkadang ide kita terlalu sederhana menurut pandangan orang lain. Misalkan ingin membuat buku katalog kain batik nusantara atau ingin menjadi pembicara pada event nasional atau internasional. Misalkan kita dapat respon kalimat-kalimat berikut. “buku katalog seperti itu sudah banyak” atau “tidak mungkinlah, kamu kan tidak bisa bahasa Inggris”. Jangan peduli. Tanamkan keyakinan berhasil. Toh, kita yang menjalani ide kita, bukan orang yang memberi komentar. Imajinasikan impian kita itu setiap saat.

Carilah dukungan dengan berbicara pada orang-orang yang idenya sejenis dengan kita. Ini penting. Untuk memompa semangat dan mencari variasi ide serta cara-cara baru untuk mewujudkan ide kita. Pandai-pandailah mencari kawan untuk membicarakan ide kita. Setidaknya, kawan yang punya ide serumpun dengan ide kita. Syukur-syukur kalau bisa bekerja sama mewujudkan ide tersebut.

**
Secara keseluruhan, tema-tema dalam buku ini bagus dan baik untuk diaplikasikan. Ingin rasanya bisa juga menulis buku seperti bapak Hendra Surya. Keyakinan saya, sebagai orang kantoran untuk mengembangkan diri, kita harus berkarya. Berkarya yang paling mungkin dan paling dapat dilaksanakan adalah dengan menulis buku. Karena kalau berdagang tentu menyita waktu dan modal. Dan itu tidak bisa dilakukan di jam kantor. Kalau menulis buku, di jam kantor pun dapat dilakukan, setidaknya pekerjaan kantor dan hubungannya dengan klien tentu menjadi bahan dan ide dalam penulisan buku.